Jumat, 06 Mei 2011

lama kita sudah tidak berjumpa kawan, dahulu aku sering mendatangimu disaat-saat kesedihan menggantung bersama hati, kau menjadi pendengar setia. Tak banyak berubah dariku kawan, masih tetap bersama kesedihan tanpa air mata yang kutuliskan di tubuh putih mu ini. Maafkan kesombonganku selama ini karena melupakanmu untuk waktu yang cukup lama, bukan aku tak mau berkunjung tapi aku terlalu sibuk memikirkannya, dia yang sekarang yang menjadi penggantimu, harusnya.

Aku bertemu dia beberapa bulan yang lalu, disaat kesedihan menggelayutiku dia datang dalam imajinasi liar yang menghantarkanku memberanikan diri menghampirinya. Saat itu aku berpikir dia adalah sosok yang mampu mengobati luka kecil akibat kerikil dunia yang tak mampu kutepis. Aku berpikir bahwa tuhan menitipkannya sebagai pengobat luka dan dia berhasil karena rasa sakit itu terlupakan. saat itu.

Kini aku bersamanya kawan, dengan sejuta perasaan yang sulit kugambarkan dalam sketsa cerita kehidupanku yang hanya mampu kau mengerti. Banyak harapan dan keinginan yang pernah kuceritakan padamu mungkin kini belum bisa kubawa berlari bersamanya. Dia makhluk yang berbeda denganmu, dia punya dunia yang sulit kuhinggapi dengan sejuta warna yang berbeda, mungkin.

Maafkan aku kawan, kini aku mengunjungimu masih dengan membawa warna kesedihan yang tertitipkan untuk kubagi denganmu. Aku tak tau harus menghempaskan ini kemana, takkan mungkin dengan kepalan tangan karena aku pernah atau ditukar dengan nyawa jika tuhan menghalalkan, akan kulakukan.


Aku mencintainya, kawan. mohon sampaikan.





Kamis, 07 Oktober 2010

Pemilik mimpi dari dunia nyata

Tak punya cita-cita, yang ku tau aku suka semuanya. Aku suka menjadi apa yang kupikirkan dan kubayangkan. Membayangkan kebahagian seseorang menjadi bagian dari kebahagianku, tapi aku benci karena aku bukan pelaku dari kebahagian itu sendiri. Sedikit aneh bahkan mungkin terasa gila ketika seseorang menikah aku menitikan air mata bahagia, tapi terbersit bisikan bahwa itu semua kebohongan, hanya status saja. Menikah bisa kapan saja,bisa dengan siapa saja, atau tanpa menikah pun aku bahagia. Ntahlah aku bingung setan apa yang merasuki hingga aku berpikir seperti itu, seolah-olah itu semua gampang dan mudah saja kulakukan, padahal kenyataannya aku tetap saja seperti ini, tak punya apa-apa tapi merasa memiliki apa yang orang lain miliki dan aku menikmatinya. Hidup ini terkesan gampang bagiku, kalau aku mau aku yakin bisa, pikiran ini yang terus membayangiku dan membuat langkahku semakin lambat dan terhenti mengejar cita-citaku. Cita-cita?...masih bingung dengan cita-cita. Aku mungkin tak punya cita-cita, tapi aku pemilik mimpi dari dunia nyata yang semu dan hampa.

Senin, 15 Februari 2010

Aku berusaha membunuhmu di dalam pikiran ku, tapi tetap saja bayang-bayang wajahmu melukis di pikiran ku, bermain-main dengan imajinasi bersatu mencair menjadi rindu. aku haus, aku butuh air, aku butuh kamu...

Mungkin bagi mereka ini semua berakhir, tapi tidak. ini awal bagiku.cerita baru dimulai dan aku sebagai pemenangnya, terima saja itu. Aku akan tunjukkan kepadamu dunia yg tak pernah kau lihat sebelumnya, dunia yg di impikan manusia. Mau mu menjadi bagian dari keinginanku.

Menjijikkan rasanya aku harus tiap hari melakukan hal yg sama tapi tak kusukai. Hari-hari dimana aku selalu jadi pecundang, menerima perlakuan kasar dalam canda dan tawa, bagi mereka ini kesenangan, tapi bagiku mereka menyulut api dendam kebencian, bukan benci kepada mereka tapi benci perbedaan sosial dikarenakan status kaya dan miskin. Mereka mendewakan harta yang seharusnya milik kita, karena bagiku kebahagianku milik semua orang. bukankah agama mengajarkan kita seperti itu. Ntahlah, aku mungkin saja bisa berubah menjadi mereka, binatang buas yang memangsa kaum minoritas dengan status sosial terbelakang dikarenakan kemiskinan.